CONTOH PARADIGMA BERFIKIR CALEG
PADA PEMILU 2014
DI DAPIL DKI JAKARTA 1
OLEH :
RONNY ARDI
NPM 16111453
KELAS 3 KA 42
Demokrasi merupakan suatu bentuk
pemerintahan yang seluruh warga negaranya memiliki hak yang setara dalam
pengambilan keputusan. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi, baik
itu secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum. Mungkin pernyataan diatas inilah gambaran yang terjadi bila
suatu Negara menganut paham demokrasi, seperti halnya Indonesia yang menganut
paham demokrasi pancasila yang mengutamakan musyawarah mufakat tanpa pandangan
yang berbeda (oposisi).
Pemilihan umum yang akan bergulir
pada tanggal 9 April 2014 akan membawa banyak cerita, contohnya jika kita
bicara mengenai Caleg (Calon Anggota Legislatif) yang diusung dari
masing-masing Parpol (Partai Politik). Parpol yang ingin mengikuti Pemilu harus
memenuhi beberapa syarat, salah satunya yaitu memiliki kepengurusan di seluruh
provinsi, hal ini tentu membuktikan bahwa semua parpol memiliki banyak anggota,
diperkuat dengan syarat lainnya yaitu Parpol harus memiliki sekurang-kurangnya
1.000 orang atau satu perseribu dari jumlah penduduk pada setiap kabupaten. Hal
tersebut menjadikan banyak cerita dibalik pencalonan Anggota Legislatif dari
masing-masing parpol. Ada istilah yang sering kita kenal jika membicarakan
Parpol, pemilu dan pesta demokrasi 5 tahunan, yaitu kader. Apa sih yang
dimaksud Kader ? Apakah ada kaitannya dengan anggota Parpol yang kita ulas
diawal paragraf ? Kader yaitu orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu
lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang
berfungsi sebagai 'pemihak' dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi
tersebut. Dalam hal membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut,
seorang kader dapat berasal dari luar organisasi tersebut dan biasanya
merupakan simpatisan yang berasaz dan bertujuan sama dengan institusi
organisasi yang membinanya.
Saya tinggal di Kecamatan Duren
Sawit, Jakarta Timur, dan masuk dalam daerah pemilihan DKI Jakarta 1 yang
meliputi Jakarta Timur, suatu ketika Ibu saya membawa pulang kantong tas
berwarna hijau (warna yang indentik dengan salah satu parpol) dan terdapat foto
caleg DPR RI Dapil Jakarta 1, kita sebut dengan nama “Caleg A”. Sontak Saya
menanyakan pertanyaan yang umum, kepada Ibu Saya “Dikasih siapa bu ?”. Ternyata
itu merupakan pemberian dari “Caleg A” yang merupakan cara dia untuk
memperkenalkan diri kepada warga disekitar dapilnya. Tidak hanya kantong tas,
namun disertakan juga dengan sebuah brosur berisikan data diri si “Caleg A”
lengkap dengan prestasi dan riwayat pendidikan. Dilihat dari banyaknya
organisasi yang beliau ikuti mengartikan bahwa si “Caleg A” ini memiliki
kehidupan sosial yang bagus, namun rasa ingin tahu Saya tidak hanya sampai
disitu. Saya mulai mencari siapakah sosok “Caleg A” ini. Saya mulai mencari di Internet melalui website http://dct.kpu.go.id/index.php, disana
ditemukan biodata lengkap daftar calon tetap anggota DPR RI, namun sayang untuk
daftar calon tetap anggota DPRD provinsi belum dilengkapi. Saya mulai mencari
seperti apa sosok “Caleg A” ini, disana terdapat daftar riwayat hidup beliau,
dari awal menimba ilmu sampai riwayat pekerjaannya pun lengkap tersedia, tidak
ada yang ditutupi.
Si “Caleg A” merupakan guru besar,
pendiri dan ketua STAI ACPRILESMA. Wow, itu ungkapan Saya ketika membaca lebih
lanjut tentang penapakan karir beliau yang diawali dari nol. Jadi secara
singkat cerita, beliau adalah anak rantau yang memulai kehidupan di Jakarta
dengan menjadi Guru Honorer, dari situlah cikal bakal beliau menjadi guru besar
dan mampu mendirikan sebuah Sekolah Tinggi Agama Islam, beliau memaparkan bahwa
keikhlasanlah yang menjadikannya seperti ini. Ada perkataannya yang cukup
menginspirasi Saya yaitu, “keikhlasan merupakan penggerak dalam segala jenis
kemajuan di dunia ini. Tanpa orang-orang yang tabah, wajah dunia tidak seperti
sekarang ini. Maka, jelasnya, tidak ada satu agama sejati yang menganjurkan
supaya orang itu takut. Agama Islam menganjurkan: ”La Takhaf wa la tahzan
innallaha wa’ana”. (Jangan takut, jangan gentar, Tuhan bersama kita)”.
Visi politik keikhlasan si “Caleg A”
dapat ditangkap dari buku kecil yang diterbitkannya berjudul ‘Keikhlasan Jalan
menuju Kesuksesan, Sebuah Renungan Menapaki Kehidupan.” Jadi beliau mengajak
memulai sesuatu dari ikhlas, maka akan menghasilkan produktivitas. Beliau menegaskan “bangunlah watak ikhlas
kepada diri sendiri maupun keikhlasan memberi kepada orang lain, pasti orang
lain juga akan ikhlas memberi kepada kita, karena Tuhan pasti akan memberi
kepada kita secara ikhlas juga”. Demikianlah hukum sunatullah. ”Maka bersyariatlah
dalam menjalankan hidup. Dengan keikhlasan, semua masalah akan terurai menuju
pada solusi,”.
Misi beliau secara detail adalah: 1)
Mempersiapkan sarjana yang memiliki kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan aplikasinya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; Mempersiapkan sarana
prasarana guna mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar yang aktif,
inovatif, proaktif, kreatif dan tidak membosankan; 2) Melaksanakan pengabdian
masyarakat dengan metode magang dan praktek lapangan; dan 3) Memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kualitas lulusan baik lokal, nasional dan
global.
Sepertinya
bisa kita lihat akar pandangan berfikir beliau dalam pemilu 2014 kali ini, yaitu
hal yang paling penting dibangun dari seorang caleg tidak lain adalah sebuah
keikhlasan dalam diri caleg tersebut, sehingga jika dalam diri kita sudah
mempunyai rasa ikhlas maka nantinya produktivitas akan mampu hadir dengan
sendirinya.
Pendapat
Saya tentang pola pikir si “Caleg A” yaitu beliau mengutamakan perubahan dari
dalam diri dahulu dalam bentuk sikap ikhlas, dan tetap berpegang teguh pada
Kitab Suci Al-Quran dan Sunatullah, beliau yang merupakan “orang” pendidikan
dan sudah memiliki pengalaman yang sangat banyak pasti tahu betul apa yang
dibutuhkan oleh seorang murid dalam meniti kehidupan yang lebih baik
kedepannya, hal itu tertuang dalam misi pertama beliau yang menginginkan setiap
sarjana mampu mengembangkan ilmu pengetahuan guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Karena beliau memulai karir dari nol, beliau tahu betul hasil yang diraih
dari pola pikir beliau yang dibagikan
kepada masyarakat untuk menapakkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Begitulah
isi dari paradigma beliau yang bagus untuk ditularkan kepada semua caleg yang
akan berlaga pada 9 April mendatang, beliau adalah salah satu caleg disekitar
rumah Saya, dapil DKI Jakarta 1 yang meliputi wilayah Jakarta Timur, dibawah
naungan Parpol berwarna hijau, beliau yakin mampu mewujudkan visi, misi serta
obsesi politik keikhlasannya.
Sumber : http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/4275-aplikator-politik-keikhlasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar